Jawa Pos Digital
Dewasa ini, semakin jarang kita temukan loper koran yang mengantarkan koran atau surat kabar ke rumah-rumah pelanggan. Tidak hanya itu, di jalan-jalan, terutama di perempatan atau di lampu merah, juga semakin jarang kita temukan penjual koran. Namun bukan berarti penjual koran sudah tidak ada lagi, melainkan, saat ini mereka umumnya berjualan dengan cara membuka lapak berupa warung kelontong atau gerobak atau yang semacamnya.
Ada beberapa alasan mengapa koran semakin terpinggirkan. Diantaranya adalah karena televisi yang saat ini semakin murah dan hampir di setiap rumah terdapat minimal satu buah televisi. Televisi bisa dijadikan sebagai sumber berita. Ada banyak channels swasta yang mengkhususkan diri dalam menyiarkan berita teraktual baik domestik maupun mancanegara.
Sedangkan bagi anak-anak muda, apa yang mereka butuhkan dari koran saat ini bisa didapatkan dari internet. Maraknya penggunaan smartphone dan berbagai jenis gadget lainnya adalah alasan mengapa semakin sedikit anak muda yang membaca koran. Selain melalui situs berita digital, berita juga bisa didapatkan dari bermacam-macam tempat, mulai dari blog hingga sosial media macam Facebook, WhatsApp dan Twitter.
Berbagai kondisi di atas menyebabkan koran semakin terlupakan. Bahkan, fitur-fitur yang sering menjadi andalan mereka seperti lowongan pekerjaan, kolom, hingga iklan baris, saat ini sudah mendapatkan banyak pesaing, terutama dari situs-situs online seperti Job Vacancy [dot] com, Iklan Baris [dot] com, dan lain-lain.
Jawa Pos
Ngomong-ngomong soal koran, salah satu penerbit koran ternama di Indonesia sekaligus yang tertua adalah Jawa Pos. Mereka mengeluarkan surat kabar harian, berpusat di Jawa Timur (Surabaya). Ini adalah salah satu surat kabar harian dengan oplah terbesar di Indonesia yang tidak hanya bisa kita temukan di Jawa Timur saja, melainkan sudah menyebar hingga luar daerah seperti Bali, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Sejarah berdirinya Jawa Pos
Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen (Suseno Tedjo) pada tanggal 1 Juli 1949. Pada awal didirikan, Jawa Pos bernama DJava Post. Sebelum mendirikan DJava Post, Chung Shen adalah seorang pegawai bioskop di Surabaya yang berprofesi di bagian iklan. Setiap hari tugasnya adalah memasang iklan bioskop di surat kabar. Karena setiap hari harus memasang iklan, ia pun tertarik untuk membuat surat kabar sendiri dan diberikan-nya nama DJava Post.
Tidak dinyana, DJava Post meraup sukses besar. Setelah sukses dengan Jawa Pos, Chung Shen kemudian mengembangkan usaha korannya dengan membuka dan mendirikan koran berbahasa Belanda (de Vrije Pers) dan koran berbahasa Mandarin (Hwa Chiao Sien Wen).
Namun sayangnya, pada tahun 1970-an, bisnis surat kabar ini mengalami kemunduran yang ditandai dengan merosotnya omset penjualan pada tahun itu. Puncaknya terjadi pada tahun 1982 ketika oplah Jawa Pos hanya tinggal 6800 eksemplar saja.
Tepat di usianya yang ke-80 tahun, Chung Shen memutuskan untuk menjual Jawa Pos karena merasa tidak mampu lagi mengurusnya sendiri, sebab tiga orang anaknya lebih memilih untuk tinggal di London-Inggris dibandingkan di Indonesia dan membantunya menjalankan perusahaan.
Jawa Pos di era modern
Tahun 1982, PT. Grafiti Pers (Kompas) mengambil alih Jawa Pos. Pada saat itu, manajemen baru mengangkat Dahlan Iskan sebagai Direktur (pimpinan) Jawa Pos. Dahlan Iskan juga lah yang menyelamatkan Jawa Pos setelah hampir mati karena hanya menyisakan 6000 eksemplar oplah saja pada waktu itu.
Kurang dari 5 tahun, Dahlan Iskan mampu mengembalikan kejayaan Jawa Pos sebagai salah satu surat kabar terkemuka di Indonesia dengan oplah menembus hingga 300.000 eksemplar.
Internet dan aplikasi
Jawa Pos terus berkembang dan mulai merambah dunia digital. Jawa Pos Digital ditandai dengan kehadiran Jawa Pos News Network (JPNN[dot]com), JawaPos[dot]com, serta aplikasi untuk sistem operasi Android dan iOS.
Televisi
Setelah sukses mengembangkan media cetak dan merambah dunia digital, sejak tahun 2002 Jawa Pos Group mulai mendirikan stasiun televisi lokal, dimulai dari Surabaya (JTV), kemudian diikuti Batam (Batam TV), Pekanbaru Riau (Riau TV), Makassar (Fajar TV), Palembang (Palembang TV), dan lain-lain.
Jawa Pos Digital
Aplikasi dan website Jawa Pos
Koran elektronik atau koran digital (e-paper) adalah jenis koran yang bisa diakses dengan menggunakan ponsel cerdas (smartphone) atau dengan menggunakan gadget lain seperti laptop, PC, dan tablet. Umumnya, koran versi digital dibuat menyerupai koran konvesional. Begitu juga yang dilakukan oleh Jawa Pos, mereka terlihat berusaha mempertahankan layout koran konvensional untuk diterapkan di website.
Namun sayangnya, layout dan desain website Jawa Pos terlihat kurang seimbang, dengan menu utama yang berukuran terlalu kecil hingga kolom-kolom yang ditulis dengan huruf berwarna abu-abu; sehingga kurang begitu mencolok dan sering menimbulkan kerancuan “penggolongan berita” bagi user yang ingin membaca.
Namun kelemahan-kelemahan yang hadir pada website mereka tidak tampak di aplikasi Jawa Pos untuk OS Android maupun iOS serta JPNN[dot]com. Aplikasi yang mereka buat terlihat sangat menarik, dengan user interface yang mudah dipahami serta terorganisir.
Membaca berita melalui smartphone terasa lebih menyenangkan dengan aplikasi. Jika tertarik, Anda bisa mendownload aplikasi Jawa Pos untuk mobile di Google Play atau App Store.
Leave a Reply