Senjata Tradisional Jawa Timur
Jawa Timur telah dihuni oleh manusia sejak zaman prasejarah. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan temuan sisa-sisa fosil Pithecanthropus Mojokertensis di Kepuhlagen, Mojokerto. Pithecanthropus Erectus di Trinil, Ngawi; dan ada juga Homo Wajakensis di Tulungagung.
Beberapa abad yang lalu, di Jawa Timur pernah berdiri beberapa kerajaan, mulai dari kerajaan Mataram yang dipindahkan dari Jawa Tengah oleh Mpu Sindok pada tahun 929. Kemudian ada juga kerajaan Medang, kerajaan Kahuripan, kerajaan Jenggala, kerajaan Kediri, kerajaan Singosari, hingga kerajaan Majapahit.
Suku dan budaya
Di Jawa Timur, terdapat 4 suku bangsa mayoritas yaitu suku Jawa, Madura, Tengger, dan Osing. Sebagian besar masyarakat Jawa Timur menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari selain bahasa Madura oleh orang-orang Madura.
Perbedaan suku bangsa dan sejarah membuat masyarakat Jawa Timur memiliki berbagai macam budaya yang hingga saat ini masih bisa kita nikmati mulai dari rumah adat pakaian adat, tari-tarian, musik, hingga senjata tradisional.
Berbicara mengenai senjata tradisional, ada beberapa senjata tradisional khas Jawa Timur yang terkenal diantaranya adalah keris, celurit, sondre, kodi, tombak, pisau belati, hingga buding dan bionet.
Keris
Keris adalah sejenis senjata yang kerap digunakan dalam pertempuran jarak dekat untuk menikam seperti halnya sebuah belati. Keris memiliki ujung yang runcing dan bergelombang, tajam di kedua sisinya. Di nusantara, keris banyak digunakan di wilayah barat dan tengah.
Ciri khas utama keris adalah, bagian pangkalnya yang lebar dan tidak simetris. Bilahnya bergelombang atau berkelok. Selain memiliki pamor atau damascene, keris juga sering dihiasi dengan ukiran-ukiran tertentu.
Pada zaman dahulu kala, keris digunakan sebagai senjata untuk berduel dalam peperangan. Selain digunakan untuk berperang, keris juga sering dimanfaatkan sebagai pelengkap sesaji dalam upacara-upacara adat.
Di Jawa Timur, keris sudah dikenal secara luas pada masa kerajaan Pajajaran dan kerajaan Majapahit di abad ke-11. Senjata tradisional ini tercantum di dalam naskah Babad yang menyebutkan beberapa pembuat keris (Empu) populer di Jawa Timur dan Madura seperti: Empu Keleng, Empu Sanung, Empu Pandhewu, hingga Empu Luwih.
Pembuatan keris
Pada zaman dahulu kala, pembuatan senjata umumnya melibatkan hal-hal mistis termasuk pemilihan hari yang dianggap bisa memberikan keberuntungan atau sebaliknya dapat membawa kesialan.
Keris biasanya mulai dibuat pada hari Jumat Pon, Sabtu Wage, atau Ahad Kliwon. Sedangkan pantangannya, keris tidak boleh mulai dibuat pada hari ketiga dari kelahiran si pembuat (empu), karena dianggap sebagai hari naas. Selain itu, keris juga tidak boleh dibuat pada bulan Muharram sampai bulan Maulud.
Di zaman modern ini, sebagian besar keris dianggap sebagai benda aksesoris dalam berbusana yang di fungsikan sebagai simbol budaya atau sebagai koleksi yang dinilai berdasarkan estetikanya.
Selain di Jawa Timur, keris banyak digunakan di wilayah Nusa Tenggara, Kalimantan Sulawesi, Semenanjung Malaya; dan ditemukan juga di luar negeri seperti di Thailand dan Filipina.
Celurit
Senjata tradisional khas Jawa Timur ini berasal dari masyarakat Madura. Ciri-cirinya sama dengan sabit atau arit. Hanya saja, jika sabit dan arit identik dengan alat pertanian, maka celurit identik dengan senjata tajam untuk berkelahi atau berduel.
Celurit adalah senjata khas suku Madura di Jawa Timur yang digunakan untuk berkelahi (duel) dan membela diri, atau dalam istilah bahasa Madura disebut carok.
Bagi masyarakat Madura, celurit lebih dari sekedar senjata tradisional, karena pada zaman dahulu ketika kolonial Belanda (sekitar abad ke-18) masih menjajah tanah air, celurit adalah simbol perlawanan yang identik dengan seorang mandor tebu bernama Sakera yang sehari-harinya sering terlihat membawa celurit. Sakera wafat setelah dihukuman gantung oleh kolonial Belanda di Pasuruan. Jasadnya kemudian dikebumikan di kota Bangil.
Peristiwa tersebut menyebabkan masyarakat Madura marah dan melakukan perlawanan dengan bermodalkan celurit sebagai senjata utama.
Ada dua jenis celurit yang dikenal yaitu Celurit Kembang Turi dan Celurit Wulu Pitik (bulu ayam).
Bionet
Selain celurit, di antara masyarakat Madura masih terdapat senjata tradisional lainnya yaitu bionet. Senjata tradisional ini umumnya digunakan oleh masyarakat di sekitar Lenteng, Sumenep.
Bentuk senjata ini lurus seperti pedang dengan bilah tajam di kedua sisinya, memiliki ujung yang sangat runcing. Pada zaman dahulu, bionet digunakan sebagai senjata untuk berperang.
Buding
Buding adalah senjata tradisional khas suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur. Senjata tradisional ini, selain digunakan untuk berperang dan membela diri, juga banyak dimanfaatkan untuk membantu aktivitas sehari-hari seperti membuka lahan dan lain-lain. Senjata tradisional ini bentuknya seperti golok dengan panjang kurang lebih 46 cm.
Senjata tradisional khas Jawa Timur lainnya
Selain beberapa senjata yang telah disebutkan di atas, senjata-senjata tradisional yang juga digunakan oleh sebagian masyarakat Jawa Timur diantaranya adalah sondre, yaitu sejenis senjata yang bentuknya mirip dengan keris. Kemudian ada juga kodi, serta tombak.
Leave a Reply